Kepulauan Maluku di bagi menjadi 2 provinsi yaitu prov Maluku dan prov Maluku Utara
Kepulauan Maluku
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Geografi | |
---|---|
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 3°9′LU 129°23′BT |
Jumlah pulau | ~1000 |
Pulau besar | Halmahera, Seram, Buru, Ambon, Ternate, Tidore, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai |
Luas | 74.505 km² |
Ketinggian tertinggi | 3.027 m |
Puncak tertinggi | Binaiya |
Negara | |
Indonesia
|
|
Provinsi | Maluku, Maluku Utara |
Kota terbesar | Kota Ambon |
Demografi | |
Populasi | 1.895.000 (per 2000) |
Sejak 1950 - 1999, Kepulauan Maluku Utara secara administratif merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Kabupaten Maluku Utara kemudian ditetapkan sebagai Provinsi Maluku Utara.
Geografi
Provinsi Maluku Utara
- Ternate, pulau utama
- Pulau Bacan
- Halmahera - dengan luas 20.000 km2 merupakan pulau terbesardi Kepulauan Maluku.[2]
- Morotai
- Kepulauan Obi
- Kepulauan Sula
- Tidore
Provinsi Maluku
- Pulau Ambon, pulau utama
- Pulau Saparua
- Kepulauan Aru
- Kepulauan Babar
- Kepulauan Banda
- Buru
- Kepulauan Kai
- Kisar
- Kepulauan Leti
- Seram
- Kepulauan Tanimbar
- Wetar
Peta DTW PAPUA BARAT dan PAPUA
Daftar Tempat wisata di Kepulauan Maluku
Daftar Seluruh Tempat wisata di Kepulauan Maluku - yoshiewafa - Maluku adalah propinsi tertua di Indonesia dengan Ibukota Ambon. Suku bangsa Maluku didominasi oleh suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik. Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam.Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut Pela dan Gandong. Pariwisata Maluku berisikan objek dan daya tarik maupun mengunjungi Maluku, merupakan kenyataan-kenyataan potensi kepariwisataan yang begitu menjanjikan terutama bagi wisatawan.
saatnya datang berkunjung menyaksikan keindahan alam meliputi : Tersedia daya tarik alam bawah laut sesuai dengan karakteristik wilayah Maluku sebagai daerah kepulauan, Gunung api, Daerah perbukitan Pemandangan alam, Teluk, Danau dan Keramah-tamahan masyarakat Maluku yang sudah dikenal sejak dahulu dengan tradisi masyarakat yang menganggap Wisatawan Sebagai Raja.
Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya tarik alam selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan panorama disetiap pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini.
Selain objek wisata alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik hingga sekarang. Bahkan dibeberapa daerah, pariwisatanya sudah terkenal sampai ke mancanegara. Beberapa dari objek wisata terkenal di Maluku antara lain :
- Taman Laut Manuala
- Pantai Pasir Panjang
- Pantai Natsepa, Ambon
- Pintu Kota, Ambon
- Benteng Duurstede, Saparua
- Benteng Amsterdam, Ambon
- Benteng Victoria, Ambon
- Banda Neira, Banda
- Benteng Belgica, Banda
- Pantai Hunimoa, Ambon (Pantai Liang)
- Pantai Ngur Sarnadan (Pasir Panjang), Kai
- Pantai Ngurtafur, Pulau Warbal, Kai
- Gua Ohoidertavun di Letvuan, Kai
- Sawai, Seram Utara
- Leksula, Buru
- Pantai Latuhalat, Ambon
- Tanjung Marthafons, Ambon
- Taman Nasional Manusela, Seram
- Air Terjun Waihetu, Rumahkay, Seram
- Pantai Hatuurang
- Pantai Lokki, Seram
- Pantai Englas, Seram
- Pantai Labuan Aisele, Seram Utara
- Pantai Ora, Saleman, Seram Utara
- Pulau Kasa, Seram
- Pulau Pombo
- Pulau Tiga
- Pulau Luciapara
- Pulau Ay, Run dan Rozengain (Hatta), Kepulauan Banda
- Weluan, Kep. Tanimbar
- Pulau Bais
- Tanjung Sesar, Seram
- Pulau Panjang, Pulau Lulpus dan Pulau Garogos
- Gunung Booi
- Kilfura, Seram
- Pantai Soplessy, Seram
- Pantai Manuala
- Gua Lusiala, Seram
- Pantai Kobisadar
- Ahuralo, Amahai
- Batu meja masahatu, hualoy-seram
- Gua Hutan Kartenes
- Goa Akohy di Tamilouw, Seram
- Benteng Titaley, Seram
- Danau Binaya, Piliana
- Tawiri, Ambon
- Pemandian Air Panas Tulehu, Ambon
- Sungai kali ama,hualoy-seram
- pantai maruru,hualoy-seram
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia bagian timur, Propinsi Maluku sangat kaya dengan berbagai obyek wisata baik berupa panorama alam maupun bangunan-bangunan peninggalan sejarah seperti Masjid Kuno Desa Hila dan hasil kerajinan. Daftar tempat wisata di Maluku di atas adalah tempat wisata yang sudah terkenal dan banyak di kunjungi. sekian tentang Wisata di Maluku, semoga bermanfaat. Ingin berkunjung ke Ambon Maluku ? top hotel dan tempat wisata di ambon dapat Anda jadikan referensi pilihan hotel.
10 Tempat Wisata di Ambon yang Wajib Dikunjungi
Setelah lebih dari sepuluh abad berlalu, Ambon masih tak kehilangan pesonanya. Keindahan alamnya terhampar luas, sebut saja Pantai Liang dan Nusa Pombo yang menawarkan panorama pantai yang luar biasa. Tak hanya alamnya, Ambon juga menyimpan banyak peninggalan sejarah yang menarik untuk dijelalajahi.
Ingin membuktikan betapa manisnya kota ini? Kunjungi 10 tempat wisata di Ambon berikut ini:
1. Nusa Pombo
Nusa Pombo bisa ditempuh dalam waktu satu jam dari pelabuhan di Ambon dengan menggunakan speed boat. Pulau ini tidak berpenghuni, sehingga Anda sebaiknya membawa bekal makanan dan minuman secukupnya. Jika ingin menginap, Anda bisa mendirikan tenda di sini. Jangan lupa membawa perlengkapan berkemah Anda dan bersiaplah melakukan petualangan di sini.Berbagai kegiatan yang bisa Anda lakukan di tempat wisata di Ambon ini adalah berenang, menyelam, snorkeling dan trekking keliling pulau. Pulau Nusa Pombo dikenal memilliki alam bawah laut yang kaya sehingga menjadinya sebagai tempat menyelam yang menyenangkan.
2. Pantai Liang
Pantai yang juga disebut Pantai Hunimua ini pernah dinobatkan oleh PBB sebagai pantai terindah di Indonesia pada tahun 1991. Tentu hal ini bukan tanpa alasan, tempat wisata di Ambon ini memiliki hamparan pasir putih dipadu dengan air jernih kebiruan yang membuat Anda tak pernah bosan menikmati keindahannya.Ombak di pantai ini tidak terlalu besar sehingga cocok untuk bermain air. Jika tak ingin basah, Anda bisa berjemur di pasirnya yang landai. Selan itu, deretan pohon rindang yang berjajar di tepi pantai bisa Anda gunakan untuk berteduh sambil menikmati kuliner setempat.
Tempat wisata ini terletak di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, atau sekitar 40 km dari pusat kota Ambon. Untuk bisa masuk Pantai Liang, Anda harus membayar 15.000 Rupiah.
3. Pantai Natsepa
Masih di kecamatan yang sama dengan Pantai Liang, ada Pantai Natsepa yang juga menawarkan keindahan khas pantai. Air laut di tempat wisata ini sangat jernih sehingga Anda bisa melihat ikan berenang dengan mudah.Bosan memancing di tepi pantai? Anda bisa menyewa perahu dengan tarif 20.000 per jam dan merasakan sensasi memancing di laut lepas. Jika tak suka memancing tapi ingin ikan segar, coba datang ke pasar ikan yang berjarak hanya sekitar 700 meter dari tempat wisata ini. Anda bisa membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan setempat.
Jangan lupa mencicipi rujak buah khas Pantai Natsepa. Pantai ini dikenal dengan rujak buah segarnya yang banyak dijual di sekitar pantai. Buah-buahan segar seperti mangga dan jambu dipadu dengan saus kacang gula merah tentu akan sangat menyegarkan siang Anda di Pantai Natsepa.
4. Pantai Pintu Kota
Pantai ini menjadi ikon sekaligus tempat wisata di Ambon yang banyak dikunjungi. Berbeda dengan pantai-pantai sebelumnya yang memiliki hamparan pasir untuk berjemur, pantai ini dipenuhi oleh batuan karang. Tapi bukan berarti Pantai Pintu Kota kalah cantik.Yang menarik dari pantai ini adalah adanya sebuah tebing karang rakasa yang menjorok ke laut dengan lubang besar menyerupai sebuah pintu. Percikan air dari ombak yang menghantam tebing karang menjadi salah satu pemandangan favorit pengunjung. Selain biasa menjadi foto sampul untuk majalah wisata alam, tebing karang ini juga seringkali digunakan sebagai latar foto prewedding oleh banyak pasangan.
Hanya dengan 5.000 Rupiah, Anda sudah bisa menikmati keindahan tempat wisata di Ambon ini. Jangan khawatir jika lupa membawa bekal karena di sini ada banyak penjual makanan.
5. Pantai Santai
Sesuai dengan namanya, pantai ini cocok sekali digunakan sebagai lokasi bersantai. Lelah dan bosan dengan rutinitas harian akan terbayar lunas di tempat wisata di Ambon ini. Sambil menikmati pemandangan pantai, jangan lupa memesan pisang goreng dan teh manis yang menjadi kuliner andalan di sini.Anda ingin menyelam dan snorkeling tapi malas membawa perlengkapannya? Tenang, ada tempat penyewaan alat selam dan snorkeling di sini. Anda bisa menikmati keindahan alam bawah laut Pantai Santai tanpa perlu repot membawa alat selam dari rumah.
Tempat wisata ini berada di Desa Latulahat atau sekitar 16 km dari pusat kota Ambon. Di sekitar pantai ini banyak tersedia penginapan untuk pengunjung yang merasa waktu sehari tak cukup untuk menikmati keindahan Pantai Santai.
6. Pemandian Air Panas Negeri Tulehu
Tempat wisata ini berada sekitar 30 km dari pusat kota Ambon dan berada di daerah perbukitan. Terdapat dua buah kolam dengan suhu air berbeda. Untuk fasilitas, tersedia gazebo, ruang ganti dan tempat karaoke dengan tarif 2.500 Rupiah per lagu.Suhu air di pemandian ini adalah antara 57-70 derajat Celcius dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kulit dan rematik. Jika setelah berendam merasa lapar, Anda tak perlu khawatir. Ada banyak penjaja makanan mulai dari ketela rebus, mie rebus sampai teh dan kopi hangat.
Untuk bisa masuk ke tempat wisata ini dan berendam di kolamnya, Anda diharuskan membayar sebesar 5.000 Rupiah saja.
7. Benteng Ferangi
Benteng pertahanan yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1575 ini juga disebut juga dengan Benteng Victoria atau Benteng Kota Laha. Benteng ini digunakan sebagai pusat pemerintahan dan tempat penyimpanan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.Bangunan bersejarah ini sekarang menjadi salah satu tempat wisata di Ambon yang banyak dikunjungi. Jka Anda penggemar wisata sejarah, jangan lupa memasukkan benteng ini ke dalam agenda kunjungan Anda. Masuk ke area benteng, Anda akan disambut dengan meriam-meriam lama berukuran raksasa. Sedangkan di dalam ruangan, Anda bisa melihat peta perkembangan kota Ambon dari masa ke masa dan juga berbagai benda sejarah peninggalan Belanda dan Portugis.
Tempat wisata ini berjarak hanya sekitar 300 meter dari pusat kota Ambon. Untuk masuk ke sini dan melihat berbagai koleksi yang ada, Anda tidak dipungut biaya.
8. Benteng Amsterdam
Ini adalah salah satu benteng peninggalan penjajah di Ambon yang dibangun pada tahun 1512. Benteng Amsterdam berbentuk layaknya rumah biasa yang terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama menjadi tempat tidur para prajurit. Lantai kedua digunakan sebagai ruang pertemuan dan lantai ketiga adalah pos pemantau. Selain dari lantai tiga bangunan utama, masih ada sebuah menara yang juga digunakan untuk memantau keadaan sekitar.Benteng Amsterdam merupakan benteng kedua di Ambon yang dibangun setelah Kastee van Verre. Sebelum menjadi benteng pertahanan, tempat wisata di Ambon ini adalah tempat penyimpanan rempah-rempah hasil rampasan.
Terletak di Kecematan Hila, Ambon, Anda bisa masuk ke benteng ini secara gratis.
9. Museum Siwalima
Tak berbeda dengan kebanyakan kota lain, Ambon juga memiliki museum yang berisi koleksi benda-benda seni budaya. Museum Siwalima terdiri dari dua bangunan utama yaitu museum etnografi dan museum kelautan.Bangunan pertama adalam museum dengan koleksi etnografi. Di sini, Anda bisa melihat benda-benda yang berhubungan dengan seni dan budaya dari suku asli di Maluku mulai dari miniatur rumah adat, pakaian tradisional, peralatan rumah tangga sampai guci-guci peninggalan Jepang.
Berjalan 500 meter, ada museum kelautan dengan koleksinya yang tak kalah menarik. Selain benda-benda yang berhubungan dengan kehidupan laut masyarakat Maluku, museum ini memiliki koleksi tiga buah kerangka ikan raksasa. Tiga kerangka ikan ini berukuran sangat besar yaitu 9, 17 dan 19 meter.
Tempat wisata ini berada 5 km dari pusat kota Ambon dan buka setiap hari Senin – Jumat, jam 09:00 – 16:00, dan Sabtu – Minggu, jam 10:00 – 16:00. Anda dikenakan biaya masuk sebesar 3.000 Rupiah saja untuk bisa melihat benda-benda koleksi museum ini.
10. Masjid Wapauwe
Keunikan dari masjid ini adalah tidak ditemukannya paku di bangunannya yang terbuat dari pelepah sagu ini. Selain itu, masjid ini juga masih menyimpan sebuah Al Quran yang ditulis tangan dan timbangan beras kuno untuk zakat fitrah. Bangunan Masjid Wapauwe pada awalnya hanya berkuran 10 x 10 meter dan tidak ada serambi, namun saat ini sudah ditambahkan serambi dan tempat wudhu, namun ukuran ruang utamanya tetap 10 x 10 meter.Selain keunikan dari bangunan dan koleksinya, masjid ini juga dipercaya bisa berpindah tempat sendiri. Masjid Wapauwe dibangun pada tahun 1414 di Wawane, kemudian dipindahkan warga ke Tehala yang berjarak 6 km dari lokasi awal. Pada tahun 1614, masjid berpindah sendiri ke Desa Atetu atau Kaitetu yang merupakan lokasi masjid saat ini. Menurut warga saat itu, masjid tiba-tiba sudah berpindah tempat ketika menjelang subuh.
10 Tempat Wisata di Papua yang Wajib Dikunjungi
Kunjungi Papua, jelalajahi kekayaan negeri sendiri. Jika masih bingung harus ke mana selama di sana nantinya, berikut rangkuman 10 tempat wisata di Papua yang wajib dikunjungi:
1. Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Taman nasional dengan luas 1.453.500 hektar ini hampir 90% berupa perairan. Tak mengherankan jika Taman Nasioanal Teluk Cenderawasih menjadi kawasan konservasi laut terbesar dan terluas di Indonesia. Di sini, terdapat 196 jenis moluska dan 209 jenis ikan yang bisa Anda saksikan di alam bawah lautnya. Tak jarang kura-kura, penyu, hiu dan lumba-lumba juga ikut menemani Anda saat menyelam.Taman Nasional Teluk Cenderawasih diresmikan pada tahun 1993 oleh Kementerian Kehutanan. Selain menikmati alam bawah lautnya, Anda juga bisa menjelajahi pulau-pulaunya. Pulau Mioswaar, salah satu pulau di tempat wisata di Papua ini, memiliki gua dengan sumber air panas dengan kandungan belerang yang layak Anda kunjungi. Selain Pulau Mioswaar, masih ada Pulau Yoop, Pulau Numfor, Pulau Nusrowi dan pulau-pulau lainnya yang tak boleh Anda lewatkan.
Tempat wisata ini secara administratif berada di dua kabupaten yaitu Wondama dan Nabire. Taman nasional ini juga menjadi pusat penelitian hiu paus atau whale shark yang dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan LSM dalam dan luar negeri.
2. Raja Ampat
Siapa tak mengenal Raja Ampat? Salah satu tempat wisata di Papua ini keindahannya menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Kawasan Raja Ampat ini terdiri dari empat pulau besar yaitu Waigeo, Misool, Salawati, Batanta dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.Raja Ampat memiliki biota laut yang beragam. Menurut laporan dari The Nature Conservancy, sebanyak 75% spesies laut dunia ditemukan di perairan Raja Ampat. Selama menyelam, Anda akan ditemani sekitar 1.511 jenis ikan dan juga penyu laut. Mengasyikan, ya? Meskipun Anda bebas menyelam kapan saja sepanjang tahun di sini, namun waktu terbaiknya adalah pada bulan Oktober dan November. Pada bulan-bulan ini, cuaca sedang bagus dan air sangat jernih sehingga jarak pandang saat menyelam sangat ideal.
Jika tak ingin menyelam, Anda masih bisa menikmati keindahan Raja Ampat dengan melakukan trekking di pulau-pulaunya. Takut tersesat? Tenang. Anda bisa menggunakan jasa pemandu di sini. Pemandu di tempat wisata ini adalah warga setempat yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan. Jangan lupa membawa buah pinang atau permen untuk diberikan pada warga setempat. Buah pinang dan permen dianggap sebagai tanda persahabatan dan akan membuat Anda lebih akrab dengan mereka.
Di sini, ada banyak suvenir yang bisa Anda beli sebagai oleh-oleh mulai dari patung suku Asmat sampai alat musik dan kain tradisional.
3. Danau Sentani
Danau dengan luas 9.360 hektar ini merupakan danau terbesar di Papua. Terletak sekitar 50 km dari pusat kota Jayapura, Danau Sentani menawarkan keindahan luar biasa. Sedikitnya ada 21 pulau yang menghiasi danau dengan ketinggian 75 meter di atas permukaan laut ini.Ada banyak kegiatan yang bisa Anda lakukan di sini mulai dari berenang, memancing, menyantap kuliner di sekitar danau sampai menyewa perahu untuk berkeliling danau. Selain itu, ada 24 desa di sekitar tempat wisata ini yang bisa Anda kunjungi dan berinteraksi langsung dengan warganya. Pemandangan deretan rumah panggung dengan jaring ikan menjadi hal yang wajar Anda saksikan di sini.
Yang menarik adalah adanya acara tahunan yaitu Festival Danau Sentani yang biasa diselenggarakan pada pertengahan bulan Juni. Saat festival berlangsung, tempat wisata di Papua ini akan penuh disesaki wisatawan yang ingin menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan budaya setempat. Selain menikmati pertunjukan selama festival, Anda juga bisa memuaskan lidah dan perut dengan kuliner khas Papua yang banyak disajikan di sini.
4. Danau Paniai
Danau Paniai tak kalah menarik dari Danau Sentani. Danau ini bahkan disebut sebagai danau terindah pada Konferensi Danau Se-Dunia di India pada tanggal 30 November 2007 yang diikuti 157 negara. Danau ini berada di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut dengan luas 14.500 hektar. Saat senja, pemandangan di tempat wisata ini sangat cantik. Anda bisa melihat siluet tebing-tebing, burung-burung berterbangan di atas danau ditambah perahu nelayan setempat yang mulai merapat pulang.Di sini, Anda bisa memancing bersama perempuan-perempuan suku Mee dan Moni yang biasa dipanggil ‘mama’. Danau Paniai merupakan salah satu penghasil ikan air tawar terbesar di Papua, banyak ikan yang Anda temukan di sini seperti ikan mas, ikan nila dan ikan mujair.
Fasilitas yang disediakan di tempat wisata di Papua ini cukup lengkap mulai dari pos jaga, pemandu, sewa perahu dan alat pancing, sampai warung makan di sekitar danau. Jika ingin menikmati keindahan Danau Paniai lebih lama, Anda bisa menginap di rumah warga.
5. Lembah Baliem
Lembah Baliem merupakan tempat tinggal suku Dani, Yali dan Lani yang terletak di sekitar Pegunungan Jayawijaya. Berada di ketinggian 1.600 meter di atas laut membuat suhu di tempat ini bisa mencapai 10-15 derajat Celcius pada malam hari. Di sini, Anda bisa melihat dan berinteraksi langsung dengan suku asli yang masih memakai koteka bagi pria dan rok rumbai bagi perempuannya.
Pada bulan Agustus, Lembah Baliem menjadi tempat wisata di Papua yang
menarik banyak perhatian wisatawan. Selama tiga hari diselenggarakan
acara tahunan yaitu Festival Lembah Baliem. Festival ini sebenarnya
merupakan cara pemerintah untuk menghapuskan perang antar suku yang
sering terjadi di sini. Perang antar suku telah dilarang, sebagai
gantinya diadakan festival ini yang mengubah perang tersebut menjadi
pertunjukan seni dan budaya untuk mengundang wisatawan.
Dalam perang di festival ini, ada skenario yang dijalankan. Biasanya
perang akan diawali dengan penculikan perempuan salah satu suku atau
pencurian babi yang menjadi hewan ternak di sini. Selanjutnya, perang
akan berlangsung dengan diawali tarian suku dan diiringi musik
tradisional. Selain perang, ada juga lomba karapan babi antar desa dan
pesta babi bakar. Anda juga bisa membeli kerajinan tangan hasil karya
suku setempat.6. Desa Wisata Sauwandarek
Jika di Lembah Baliem Anda bisa berinteraksi dengan suku yang tinggal di pegunungan, di Desa Sauwandarek Anda bisa bertemu langsung dengan suku asli yang hidup di pesisir. Desa Sauwandarek masih berada di kawasan Kabupaten Raja Ampat, tepatnya di Meos Mansar. Di sini, Anda bisa melihat rumah tradisional yang terbuat dari kayu dan beratapkan jerami.Tempat wisata budaya ini hanya ditempati sekitar 46 kepala keluarga. Perempuan-perempuan di sini biasa membuat topi dan tas dari daun pandan laut. Jika menyukai hasil karya mereka ini, Anda bisa membelinya langsung di tempat.
Di sini, Anda bisa menyelam dan snorkeling. Selain itu, Anda juga bisa trekking ke telaga unik yang ada di desa ini. Namanya Telaga Yenauwyau, dikatakan unik karena air di telaga ini air asin, bukan air tawar seperti kebanyakan air di telaga lain. Menurut warga sekitar, di telaga ini ada penyu putih yang jika Anda melihatnya maka Anda akan mendapatkan keberuntungan.
7. Pantai Bosnik
Siapkan kamera Anda karena keindahan pantai ini bisa membuat Anda tak berhenti mengambil gambarnya. Pantai Bosnik yang berada 15 km dari pusat kota Biak ini memiliki hamparan pasir luas dengan air jernih kebiruan dan deretan pohon kelapa yang menjadikannya sebagai pemandangan sempurna untuk diabadikan dalam kamera Anda.Tempat wisata di Papua ini cocok sekali untuk bersantai bersama keluarga. Dengan membayar 10.000 Rupiah saja, Anda sudah bisa menikmati keindahan pantai yang terletak di Desa Woniki ini. Selain bermain voli pantai di pasirnya yang landai, Anda juga bisa menyewa saung dengan harga 50.000 Rupiah dan menikmati es kelapa muda segar juga kuliner setempat.
8. Pantai Amai
Pantai Amai adalah tempat wisata yang tepat bagi Anda yang menginginkan ketenangan. Pantai ini memang relatif sepi, namun bukan berarti tak menarik. Di ujung pantai, ada muara sungai yang membuat air asin dan air tawar bertemu di sini. Air tawar ini biasa digunakan oleh wisatawan untuk membilas diri setelah berenang di pantainya.Selain berenang, Anda juga bisa bermain voli pantai, menyelam, snorkeling atau bersantai di gazebo yang bisa Anda sewa dengan harga 50.000 Rupiah. Jika ingin menginap, di Pantai Amai sudah tersedia penginapan dengan gaya rumah panggung.
Pantai Amai berada di Distrik Depapre atau sekitar 2 jam perjalanan dari Jayapura. Perjalanan menuju pantai akan menguji adrenalin Anda karena medan yang naik turun dan berkelok, namun semuanya akan terbayar ketika sampai dan menyaksikan keindahan Pantai Amai. Untuk masuk ke tempat wisata ini, Anda diharuskan membayar sebesar 25.000 Rupiah yang sudah termasuk biaya parkir.
9. Pulau Rumberpon
Pulau Rumberpon berada di Teluk Wondama atau 5 jam perjalanan dengan kapal dari Manokwari. Pulau ini memiliki pantai yang disebut dengan Pantai Pasir Panjang karena memang garis pantainya sangat panjang mencapai 6 km.Di tempat wisata ini, Anda bisa melakukan kegiatan andalan seperti menyelam, snorkeling, berenang dan memancing. Jika ingin pengalaman berbeda, cobalah mengunjungi hutan bakau yang ada di pesisir lain di pulau ini. Anda juga bisa ke padang alang-alang untuk melihat burung rusa di sini.
10. Tugu MacArthur
Tugu MacArthur merupakan tugu penghormatan bagi Jenderal Douglas MacArthur yang merupakan jenderal besar Amerika Serikat pada masa Perang Dunia II. Tugu ini berada di Ifar Gunung, Jayapura. Di sini, Anda bisa masuk ke museum, melihat foto-foto dan sejarah perjalanan militer Jenderal MacArthur. Tempat wisata di Papua ini menjadi saksi kejayaan jenderal besar yang membuat strategi beberapa perang besar. Berada di ketinggian 325 meter di atas laut, Anda bisa melihat Danau Sentani dan lapangan terbang Bandara Sentani dari sini.Tugu MacArthur sendiri adalah sebuah tugu dengan tinggi 3 meter yang didominasi warna kuning dan hitam. Di tugu ini tertulis sejarah mengenai Jenderal Douglas MacArthur dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Sekilas tentang MacArthur, jenderal ini dikenal dengan ucapannya, ‘I came through and I shall return’. Ia mengatakan ini saat pangkalan militernya di Filipina dihancurkan oleh Jepang dan ia beserta pasukannya terpaksa mundur ke Australia. Setelah menyusun strategi perang, pada tahun 1944 ia mendarat di Teluk Hamadi, Jayapura, dan membangun markas di lokasi Tugu MacArthur berada saat ini. Sang Jenderal membuktikan ucapannya karena kemudian ia dan pasukannya berhasil menyingkirkan Jepang dan membalas kekalahan Amerika di Filipina dan di Pearl Harbour.
Papua
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Papua | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Semboyan: Karya Swadaya | |||||
Hari jadi | 1 Mei 1963 (direbut dari Belanda) | ||||
Ibu kota | Jayapura | ||||
Area | |||||
- Total luas | 309.934,4 km2 | ||||
Populasi | |||||
- Total | 2.831.381 | ||||
Pemerintahan | |||||
- Gubernur | Lukas Enembe[1] | ||||
- Wakil Gubernur | Klemen Tinal | ||||
- Ketua DPRD | Yunus Wonda | ||||
- Sekretaris Daerah | TEA. Herry Dosinaen | ||||
- Kabupaten | 27 | ||||
- Kota | 2 | ||||
- Kecamatan | 214 | ||||
APBD | |||||
- DAU | Rp1.889.267.850.000 | ||||
Demografi | |||||
- Suku bangsa | Papua (52%), Pendatang (48%) (2002) Papua: Amungme, Arfak, Asmat, Dani, Damal, Yali, dll. Pendatang: Jawa, Bugis, Sunda, Makassar, Buton, Batak, Minahasa, Huli, Tionghoa |
||||
- Agama | Protestan (51,2%), Katolik (23,42%), Islam (22%), Hindu (3%), Budha (0,13%) | ||||
- Bahasa | Bahasa Indonesia dan 268 Bahasa Daerah | ||||
Lagu daerah | Apuse Yamko Rambe Yamko |
||||
Situs web | www |
Utara | Samudera Pasifik |
Selatan | Samudera Hindia, Laut Arafuru, Teluk Carpentaria, Australia |
Barat | Papua Barat, Kepulauan Maluku |
Timur | Papua Nugini |
Pendahuluan
Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit ditembus karena terdiri atas lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan.
Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih jauh.
Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.
Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, karena tercatat bahwa selama abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatera Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan Tiongkok. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cenderawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai ‘Janggi’.
Dalam catatan yang tertulis di dalam kitab Nagarakretagama, Papua juga termasuk kedalam wilayah kerajaan Majapahit (1293-1520). Selain tertulis dalam kitab yang merupakan himpunan sejarah yang dibuat oleh pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut, masuknya Papua kedalam wilayah kekuasaan Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.
Walaupun terdapat kontroversi seputar catatan sejarah tersebut, hal itu menegaskan bahwa Papua adalah sebagai bagian yang tidak terlepas dari jaringan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang berada di bawah kontrol kekuasaan kerajaan Majapahit.
Selama berabad-abad dalam paruh pertama milenium kedua, telah terjalin hubungan yang intensif antara Papua dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, yang hubungan tersebut bukan hanya sekadar kontak perdagangan yang bersifat sporadis antara penduduk Papua dengan orang-orang yang berasal dari pulau-pulau terdekat.
Selama kurun waktu tersebut, orang-orang dari pulau terdekat yang kemudian datang dan menjadi bagian dari Indonesia yang modern, menyatukan berbagai keragaman yang terserak di dalam kawasan Papua. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang cukup intens dan waktu yang tidak sebentar agar para penduduk di Papua bisa belajar bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, apalagi mengingat keanekaragaman bahasa yang mereka miliki. Pada tahun 1963, dari sekitar 700.000 populasi penduduk yang ada, 500.000 di antara mereka berbicara dalam 200 macam bahasa yang berbeda dan tidak dipahami antara satu dengan yang lainnya.
Beragamnya bahasa di antara sedikitnya populasi penduduk tersebut diakibatkan oleh terbentuknya kelompok-kelompok yang diisolasi oleh perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya selama berabad-abad karena kepadatan hutan dan juga jurang yang curam yang sulit untuk dilalui yang memisahkan mereka. Oleh karena itu, sekarang ini ada 234 bahasa pengantar di Papua, dua dari bahasa kedua tanpa pembicara asli. Banyak dari bahasa ini hanya digunakan oleh 50 penutur atau kurang. Beberapa golongan kecil sudah punah, seperti Tandia, yang hanya digunakan oleh dua pembicara dan Mapia yang hanya digunakan oleh satu pembicara.
Sekarang ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa pengantar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan merupakan bahasa di dalam melakukan berbagai transaksi. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu, versi pasar.
Sejarah
Papua berada di wilayah paling timur negara Indonesia. Ia merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Greendland di Denmark. Luasnya capai 890.000 Km² (ini jika digabung dengan Papua New Guinea). Besarnya diperkirakan hampir lima kali luas pulau Jawa.Pada sekitar tahun 200 M , ahli Geography bernama Claudius Ptolemaeus (Ptolamy) menyebut pulau Papua dengan nama Labadios. Sampai saat ini tak ada yang tahu, kenapa pulau Papua diberi nama Labadios.
Sekitar akhir tahun 500 M, oleh bangsa China diberi nama Tungki. Hal ini dapat diketahui setelah mereka menemukan sebuah catatan harian seorang pengarang Tiangkok, Ghau Yu Kuan yang menggambarkan bahwa asal rempah-rempah yang mereka peroleh berasal dari Tungki, nama yang digunakan oleh para pedagang China saat itu untuk Papua.
Selanjutnya, pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama Janggi. Dalam buku Kertagama 1365 yang dikarang Pujangga Mpu Prapanca “Tugki” atau “Janggi” sesungguhnya adalah salah eja diperoleh dari pihak ketiga yaitu Pedagang Cina Chun Tjok Kwan yang dalam perjalanan dagangnya sempat menyinggahi beberapa tempat di Tidore dan Papua.
Di awal tahun 700 M, pedagang Persia dan Gujarat mulai berdatangan ke Papua, juga termasuk pedangan dari India. Tujuan mereka untuk mencari rempah-rempah di wilayah ini setelah melihat kesuksesan pedangang asal China. Para pedagang ini sebut nama Papua dengan Dwi Panta dan juga Samudranta, yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan.
Pada akhir tahun 1300, Kerajaan Majapahit menggunakan dua nama, yakni Wanin dan Sram. Nama Wanin, tentu tidak lain dari semenanjung Onin di daerah Fak-Fak dan Sram, ialah pulau Seram di Maluku. Ada kemungkinan, budak yang dibawa dan dipersembahkan kepada Majapahit berasal dari Onin dan yang membawanya ke sana adalah orang Seram dari Maluku, sehingga dua nama ini disebut.
Sekitar tahun 1646, Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai Papa-Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak bergabung atau tidak bersatu (not integrated). Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting. Memiliki pengertian lain, bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah.
Ada juga yang memakai nama Papua sebagai bentuk ejekan terhadap warga setempat—penduduk primitif, tertinggal, bodoh— yang merupakan slogan yang tidak mempunyai arti apapun dengan nama Papua.
Respon penduduk terhadap nama Papua cukup baik. Alasannya, sebab nama tersebut benar mencerminkan identitas diri mereka sebagai manusia hitam, keriting, yang sangat berbeda dengan penduduk Melayu juga kerajaan Tidore. Tapi, tentu mereka tak terima dengan ejekan yang selalu dilontarkan warga pendatang.
Pada tahun 1511 Antonio d’Arbau, pelaut asal Portugis menyebut wilayah Papua dengan nama “Os Papuas” atau juga llha de Papo. Don Jorge de Menetes, pelaut asal Spanyol juga sempat mampir di Papua beberapa tahun kemudian (1526-1527), ia tetap menggunakan nama Papua. Ia sendiri mengetahui nama Papua dalam catatan harian Antonio Figafetta, juru tulis pelayaran Magelhaens yang mengelilingi dunia menyebut dengan nama Papua. Nama Papua ini diketahui Figafetta saat ia singgah di pulau Tidore.
Berikutnya, pada tahun 1528, Alvaro de Savedra, seorang pimpinan armada laut Spanyol beri nama pulau Papua Isla de Oro atau Island of Gold yang artinya Pulau Emas. Ia juga merupakan satu-satunya pelaut yang berhasil menancapkan jangkar kapalnya di pantai utara kepulauan Papua. Dengan penyebutan Isla Del Oro membuat tidak sedikit pula para pelaut Eropa yang datang berbondong-bondong untuk mencari emas yang terdapat di pulau emas tersebut.
Pada tahun 1545, pelaut asal spanyol Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva Guinee. Dalam bahasa Inggris disebut New Guinea. Ia awalnya menyusuri pantai utara pulau ini dan karena melihat ciri-ciri manusianya yang berkulit hitam dan berambut keriting sama seperti manusia yang ia lihat di belahan bumi Afrika bernama Guinea, maka diberi nama pulau ini Nueva Guinee/Pulau Guinea Baru.
Nama Papua dan Nueva Guinea dipertahankan hampir dua abad lamanya, baru kemudian muncul nama Nieuw Guinea dari Belanda, dan kedua nama tersebut terkenal secara luas diseluruh dunia, terutama pada abad ke-19. Penduduk nusantara mengenal dengan nama Papua dan sementara nama Nieuw Guinea mulai terkenal sejak abad ke-16 setelah nama tersebut tampak pada peta dunia sehingga dipakai oleh dunia luar, terutama di negara-negara Eropa.
Pada tahun 1956, Belanda kembali mengubah nama Papua dari Nieuw Guinea menjadi Nederlands Nieuw Guinea. Perubahan nama tersebut lebih bersifat politis karena Belanda tak ingin kehilangan pulau Papua dari Indonesia pada zaman itu.
Pada tahun 1940-an oleh Residen JP Van Eechoud pernah membentuk sekolah Bestuur. Disana ia menganjurkan dan memerintahkan Admoprasojo selaku Direktur Sekolah Bestuur tersebut untuk membentuk dewan suku-suku. Di dalam kegiatan dewan ini salah satunya adalah mengkaji sejarah dan budaya Papua, termasuk mengganti nama pulau Papua dengan sebuah nama yang mencerminkan budaya Papua, dan nama tersebut harus digali dari bumi Papua.
Tindak lanjutnya, berlangsung pertemuan di Tobati, Jayapura. Di dalam turut dibicarakan ide penggantian nama tersebut, juga dibentuk dalam sebuah panitia yang nantinya akan bertugas untuk menelusuri sebuah nama yang berasal dari daerah Papua dan dapat diterima oleh seluruh suku yang ada.
Frans Kaisepo selaku ketua Panitia kemudian mengambil sebuah nama dari sebuah mitos Manseren Koreri, sebuah legenda yang termahsyur dan dikenal luas oleh masyarakat luas Biak, yaitu Irian.
Dalam bahasa Biak Numfor “Iri” artinya tanah, "an" artinya panas. Dengan demikian nama Irian artinya tanah panas. Pada perkembangan selanjutnya, setelah diselidiki ternyata terdapat beberapa pengertian yang sama di tempat seperti Serui dan Merauke. Dalam bahasa Serui, "Iri" artinya tanah, "an" artinya bangsa, jadi Irian artinya Tanah bangsa, sementara dalam bahasa Merauke, "Iri" artinya ditempatkan atau diangkat tinggi, "an" artinya bangsa, jadi Irian adalah bangsa yang diangkat tinggi.
Secara resmi, pada tanggal 16 Juli 1946, Frans Kaisepo yang mewakili Nieuw Guinea dalam konferensi di Malino-Ujung Pandang, melalui pidatonya yang berpengaruh terhadap penyiaran radio nasional, mengganti nama Papua dan Nieuw Guinea dengan nama Irian.
Nama Irian adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisepo pernah mengatakan “Perubahan nama Papua menjadi Irian, kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung semangat perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal. 107-108).
Selanjutnya, Pada 1 Desember 1961, Komite Nasional Papua, disebut Nieuw Guinea Raad oleh Belanda, sebuah lembaga yang disponsori kerajaan Belanda, menyatakan masyarakat Papua siap mendirikan sebuah negara berdaulat, dan mengibarkan bendera nasional baru yang dinamakan Bintang Kejora. Mereka menetapkan nama Papua sebagai Papua Barat.
Sedangkan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), sebuah badan khusus yang dibentuk PBB untuk menyiapkan act free choice di Papua pada tahun 1969 menggunakan dua nama untuk Papua, West New Guinea/West Irian.
Beritkunya, nama Irian diganti menjadi Irian Barat secara resmi sejak 1 Mei 1963 saat wilayah ini "dianeksasi" dari Kerajaan Belanda ke dalam pangkuan Negara republik Indonesia. Pada tahun 1967, kontrak kerja sama PT Freeport Mc Morran dengan pemerintah Indonesia dilangsungkan. Dalam kontrak ini Freeport gunakan nama Irian Barat, padahal secara resmi Papua belum resmi jadi bagian Indonesia.
Setelah Papua menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui PEPERA 1969 yang dianggap penuh rekayasa oleh sebagian besar rakyat Papua, perjuangan untuk tetap memisahkan diri dari Negara Indonesia untuk menjadi Negara merdeka dan berdaulat terus suarakan.
Pada tanggal 1 Juli 1971, Seth Jafet Rumkorem, pimpinan Pemerintah Revolusioner sementara Republik West Papua di Markas Victoria menggunakan nama West Papua untuk Papua. Kehadiran organisasi ini tak begitu lama karena berhasil di tumpas oleh pemerintah Indonesia melalui beberapa operasi militer.
Dan kemudian pada tanggal 1 Maret 1973 sesuai dengan peraturan Nomor 5 tahun 1973 nama Irian barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto menjadi nama Irian Jaya. Penggantian nama tersebut dilakukan bersamaan dengan peresmian eksplorasi PT Freeport Indonesia yang pusat eksploitasinya dinamakan Tembagapura.
Memasuki era reformasi sebagian masyarakat menuntut penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua. Presiden Abdurrahman Wahid memenuhi permintaan sebagian masyarakat tersebut. Dalam acara kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut pergantian tahun baru 1999 ke 2000, pagi hari tanggal 1 Januari 2000, dia memaklumkaan bahwa nama Irian Jaya saat itu diubah namanya menjadi Papua seperti yang diberikan oleh Kerajaan Tidore pada tahun 1800-an.
Asal usul nama
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri.
Pemerintahan
Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) memiliki 52 orang anggota. Sedangkan untuk melindungi hak politik adat orang Papua dibentuklah Majelis Rakyat Papua (MRP).Kabupaten dan kota
UU RI Tahun 2008 Nomor 6 adalah dasar hukum pembentukan Kabupaten Nduga di Provinsi Papua, saat ini tidak terdapat jurisdiksi Kabupaten Nduga Tengah.[2]
Pendidikan
Di Negara Indonesia, Provinsi DKI Jakarta memiliki IPM tertinggi yaitu sebesar 77.60 pada tahun 2010. Sedangkan Provinsi Papua dari tahun 2004-2010 memiliki IPM yang paling kecil di antara provinsi-provinsi yang lain. Hal ini dapat diakibatkan bahwa kurangnya peranan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan masyarakat terhadap ketiga dibidang yaitu: pendidikan, ekonomi, dan kesehatan pada Provinsi Papua. Akan tetapi, sumber daya alam yang terdapat pada Provinsi Papua sangat besar. Jadi Provinsi Papua seharusnya mampu bersaing untuk meningkatkan IPM dengan provinsi-provinsi yang lainnya.Apresiasi peningkatan dan pemerataan pendidikan untuk masyarakat Nusantara dilakukan di antaranya melalui program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem). Dalam program beasiswa ini Anak asli Papua berkesempatan melanjutkan studinya untuk tahun ajaran 2015 ke jenjang setingkat sekolah menengah atas di sejumlah daerah Tanah Pasundan, Jawa Barat. Pemerintah Kota Bandung akan mendorong program pendidikan bagi para siswa asal Papua dan berencana akan meningkatkan jumlah siswa Papua yang akan bersekolah di Bandung.[3][4][5][6]
Program Adem bergulir sejak 2013. Memasuki tahun ketiga atau 2015 ini sudah 1.304 anak Papua menimba ilmu ke tingkat SMA atau SMK di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Bali. Untuk program ADEM 2015 tercatat 505 anak Papua menempuh pendidikan SMA dan SMK di enam provinsi tersebut.[7]
Pendidikan di Kabupaten Mimika memiliki keunikan tersendiri. Mayoritas dari anak aslinya diberikan alokasi dana bantuan pendidikan dari PT Freeport Indonesia melalui Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK).
Sejak akhir 1999, LPMAK telah menyediakan beasiswa bagi 8.772 pelajar. Program ini awalnya diperuntukan hanya kepada 3.697 pelajar dari SMA asli Papua sampai dengan program magister telah lulus. Namun pada tahun 2011, LPMAK memberikan beasiswa aktif bagi pelajar SD sampai dengan magister.
Tahun 2014 target produksi PTFI mengalami penurunan drastis karena adanya aksi mogok pekerja dan penurunkan produksi tambangnya hingga 40 persen akibat karena adanya larangan pengiriman bahan baku tambang ke luar negeri sebagai implementasi dari penerapan UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Minerba. Akibatnya PTFI menurunkan dana kemitraan dari sebelumnya yang rata-rata sekitar Rp 1 triliun menjadi sekitar Rp600 miliar.[8]
Geografi
Kabupaten Puncak Jaya merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke. Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.
Luas wilayah | |
---|---|
Luas | 420.540 km² |
Iklim | |
Curah hujan | 1.800 – 3.000 mm |
Suhu udara | 19-28°C |
Kelembapan | 80% |
Infrastruktur
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya lebih tiga kali luas pulau Jawa, ditambah jumlah penduduk yang masih sedikit dengan kekayaan alam begitu kaya dan belum digali seperti hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan pertambangan.Hal ini disebabkan karena belum adanya jaringan jalan yang memadai yang dapat menghubungkan wilayah - wilayah sentra produksi untuk itu Dinas Pekerjaan umum berupaya melakukan pembangunan infrastruktur jalan yang baik. seperti Pembangunan jalan Jayapura - Wamena yang merupakan status jalan Provinsi sebagai kegiatan investasi yang besar bagi Pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya yang dibangun dengan tujuan :
- Sebagai Sarana untuk mengintegrasikan Pengembangan Potensi daerah dan Perubahan Struktur masyarakat.
- Membentuk suatu sistem Jaringan Jalan Nasional, Provinsi , Kabupaten dan Kota guna mendukung sistem produksi dan distribusi.
- Membentuk manfaat secara lansung kepada masyarakat dalam hal kemudahan kegiatan Sosial, ekonomi, arus barang dan jasa, kesempatan kerja dan ketrampilan masyarakat.
Penduduk asli di Papua
Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 25 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda. Suku-suku tersebut antara lain:
Beberapa penduduk masyarakat Papua Asli juga tersebar ke beberapa daerah di Indonesia di antara Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, NTT dan NTB. Beberapa di antara mereka juga melakukan perkawinan campur dengan suku lain. |
Senjata tradisional
Makanan khas Papua
Papeda
Di berbagai wilayah pesisir dan dataran rendah di Papua, sagu merupakan bahan dasar dalam berbagai makanan.[12] Sagu bakar, sagu lempeng, dan sagu bola, menjadi sajian yang paling banyak dikenal di berbagai pelosok Papua, khususnya dalam tradisi kuliner masyarakat adat di Kabupaten Mappi, Asmat, hingga Mimika.[12] Papeda merupakan salah satu sajian khas sagu yang jarang ditemukan.[12] Antropolog sekaligus Ketua Lembaga Riset Papua, Johszua Robert Mansoben, menyatakan bahwa papeda dikenal lebih luas dalam tradisi masyarakat adat Sentani dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, serta Manokwari.[12]
Pada umumnya, papeda dikonsumsi bersama dengan ikan tongkol.[13] Namun, papeda dapat juga dikombinasikan dengan ikan gabus, kakap merah, bubara, hingga ikan kue.[13] Selain kuah kuning dan ikan, bubur papeda juga dapat dinikmati dengan sayur ganemo yang diolah dari daun melinjo muda yang ditumis dengan bunga pepaya muda dan cabai merah.[13]
Taman Nasional Lorentz
Taman ini masih belum dipetakan, dijelajahi dan banyak terdapat tanaman asli, hewan dan budaya. Pada 1999 taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Wilayahnya juga terdapat persediaan mineral, dan operasi pertambangan berskala besar juga aktif di sekitar taman nasional ini. Ada juga Proyek Konservasi Taman Nasional Lorentz yang terdiri dari sebuah inisiatif masyarakat untuk konservasi komunal dan ekologi warisan yang berada di sekitar Taman Nasional Loretz ini.
Dari tahun 2003 hingga kini, WWF-Indonesia Region Sahul Papua sedang melakukan pemetaan wilayah adat dalam kawasan Taman Nasional Lorentz. Tahun 2003- 2006, WWF telah melakukan pemetaan di Wilayah Taman Nasional Lorentz yang berada di Distrik (Kecamatan) Kurima Kabupaten Yahukimo, dan Tahun 2006-2007 ini pemetaan dilakukan di Distrik Sawaerma Kabupaten Asmat.
Nama Taman Nasional ini diambil dari seorang Penjelajah asal Belanda, Hendrikus Albertus Lorentz,yang melewati daerah tersebut pada tahun 1909 yang merupakan ekspedisinya yang ke-10 di Taman Nasional ini.
Taman Nasional Wasur
Taman Nasional Wasur ini terletak di Kabupaten Merauke.
Kawasan Perbatasan di Papua
Sebelum mengalami pemekaran kabupaten, kawasan perbatasan di Papua terletak di 4 (empat) kabupaten yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten Merauke. Setelah adanya pemekaran wilayah kabupaten, maka kawasan perbatasan di Papua terletak di 5 (lima) wilayah kabupaten/kota yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Merauke, serta 23 (dua puluh tiga) wilayah kecamatan (distrik). Dari kelima kabupaten tersebut, Kabupaten Keerom, Pegunungan Bintang dan Boven Digoel merupakan kabupaten baru hasil pemekaran.Garis perbatasan darat antara Indonesia dan PNG di Papua memanjang sekitar 760 kilometer dari Skouw, Jayapura di sebelah utara sampai muara sungai Bensbach, Merauke di sebelah Selatan. Garis batas ini ditetapkan melalui perjanjian antara Pemerintah Belanda dan Inggris pada pada tanggal 16 Mei 1895.
Jumlah pilar batas di kawasan perbatasan Papua hingga saat ini masih sangat terbatas, yaitu hanya 52 buah. Jumlah pilar batas ini tentu sangat tidak memadai untuk suatu kawasan perbatasan yang sering dijadikan tempat persembunyian dan penyeberangan secara gelap oleh kelompok separatis kedua negara. Kondisi ini diperburuk lagi oleh ketidaktahuan masyarakat di sekitar perbatasan terhadap garis batas yang memisahkan kedua negara, bahkan di antara penduduk tersebut banyak yang belum memiliki tanda pengenal atau identitas diri seperti kartu tanda penduduk atau tanda pengenal lainnya.
Pintu atau pos perbatasan di kawasan perbatasan Papua terdapat di Distrik Muara Tami Kota Jayapura dan di Distrik Sota Kabupaten Merauke. Kondisi pintu perbatasan di Kota Jayapura masih belum dimanfaatkan secara optimal sebagaimana pintu perbatasan di Sanggau dan Nunukan, karena fasilitas CIQS-nya belum lengkap tersedia. Kegiatan pelintas batas di pintu perbatasan di Marauke relatif lebih terbatas dibanding dengan Jayapura, dengan kegiatan utama arus lintas batas masyarakat kedua negara dalam rangka kunjungan keluarga dan perdagangan tradisional. Kegiatan perdagangan yang relatif lebih besar justru terjadi dipintu-pintu masuk tidak resmi yang menghubungkan masyarakat kedua negara secara ilegal tanpa adanya pos lintas batas atau pos keamanan resmi.
Kawasan perbatasan Papua memiliki sumberdaya alam yang sangat besar berupa hutan, baik hutan konversi maupun hutan lindung dan taman nasional yang ada di sepanjang perbatasan. Kondisi hutan yang terbentang di sepanjang perbatasan tersebut hampir seluruhnya masih belum tersentuh atau dieksploitasi kecuali di beberapa lokasi yang telah dikembangkan sebagai hutan konversi. Selain sumberdaya hutan, kawasan ini juga memiliki potensi sumberdaya air yang cukup besar dari sungai-sungai yang mengalir di sepanjang perbatasan. Demikian pula kandungan mineral dan logam yang berada di dalam tanah yang belum dikembangkan seperti tembaga, emas, dan jenis logam lainnya yang bernilai ekonomi cukup tinggi.
Secara fisik kondisi kawasan perbatasan di Papua bergunung dan berbukit yang sulit ditembus dengan sarana perhubungan biasa atau kendaraan roda empat. Sarana perhubungan yang memungkinkan untuk mencapai kawasan perbatasan adalah pesawat terbang perintis dan pesawat helikopter yang sewaktu-waktu digunakan oleh pejabat dan aparat pemerintah pusat dan daerah untuk mengunjungi kawasan tersebut.
Sebagaimana di daerah lainnya kondisi masyarakat di sepanjang kawasan perbatasan Papua sebagian besar masih miskin, tingkat kesejahteraan rendah, tertinggal serta kurang mendapat perhatian dari aparat pemerintah daerah maupun pusat. Kondisi masyarakat Papua di sepanjang perbatasan yang miskin, tertinggal dan terisolir ini tidak jauh berbeda dan relatif setara dengan masyarakat di PNG. Melalui bantuan sosial yang banyak dilakukan oleh para misionaris yang beroperasi dalam rangka pelayanan kerohanian menggunakan pesawat milik gereja, banyak masyarakat yang tertolong dan dibantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Fasilitas perhubungan milik misionaris ini bahkan dimanfaatkan oleh para pejabat daerah dalam melakukan kunjungan kerjanya di kawasan perbatasan.
Papua Barat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Papua Barat | |||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Semboyan: Cintaku Negeriku | |||||
Hari jadi | 4 Oktober 1999 | ||||
Dasar hukum | UU RI Tahun 1999 Nomor 45 dan PP Tahun 2007 Nomor 24 | ||||
Ibu kota | Manokwari | ||||
Area | |||||
- Total luas | 115363,50 km2 | ||||
Populasi | |||||
- Total | 3.100.590 | ||||
Pemerintahan | |||||
- Gubernur | Abraham Octavianus Atururi | ||||
- Wakil Gubernur | Irene Manibuy | ||||
- Ketua DPRD | Mahteos Selano | ||||
- Sekretaris Daerah | Nathaniel Mandacan | ||||
- Kabupaten | 12 | ||||
- Kota | 1 | ||||
APBD | |||||
- DAU | Rp. 1.064.872.637.000.- | ||||
Demografi | |||||
- Agama | Kristen (53,77%), Islam (38,40%), Katolik (7,03%), Hindu (0,11%), Buddha(0,08%), Konghucu (0,00%) dan lain-lain (0,00%) | ||||
- Bahasa | Indonesia | ||||
Situs web | www.papuabaratprov.go.id |
Provinsi Papua Barat ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April 2004.
Batas-batas Provinsi Papua Barat
Utara | Samudera Pasifik |
Selatan | Laut Banda |
Barat | Provinsi Maluku Utara, Kepulauan Maluku |
Timur | Provinsi Papua |
Sejarah
Sejarah Papua Barat atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Irian Jaya sebelum kemerdekaan Indonesia kurang dibahas dalam buku-buku sejarah nasional untuk sekolah dasar sampai menengah, sehingga banyak yang tidak mengetahuinya. Sejarah Papua Barat dalam hal hubungannya dengan bangsa-bangsa lain yang mendiami Kepulauan Nusantara sangat penting, karena apabila kita berbicara mengenai sejarah Indonesia, kurang lengkap rasanya jika tidak membahas Papua, karena ternyata sejarah Papua semenjak wilayah tersebut dibicarakan dalam sejarah, selalu berkaitan dengan wilayah-wilayah lain di Nusantara yang akhirnya secara bersama-sama membentuk Negara Indonesia.Sejarah Papua bagian barat dalam kaitannya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sangatlah unik. Walaupun Papua “agak terlambat” diakui oleh dunia internasional sebagai bagian dari NKRI, namun sebenarnya sejak awal penduduk Papua sudah merupakan “keluarga besar” penduduk yang mendiami wilayah Nusantara yang kemudian bergabung dan membentuk Negara Indonesia.
Pada masa kerajaan di wilayah Nusantara, Pemerintah Kerajaan Sriwijaya tercatat pernah mengirimkan burung-burung asli Papua yang waktu itu disebut Janggi kepada Pemerintah Kerajaan China.
Dari beberapa nama masa lalu yang diberikan untuk Papua ini, tampak jelas bahwa sejak daerah ini di kenal sejarah, sudah ada hubungan yang amat erat antara wilayah ini dengan wilayah-wilayah lain di Nusantara saat itu.
Nama lain dari Papua pada masa lalu adalah “Samudranta“, yang menunjukkan bahwa daerah Papua telah di kenal oleh masyarakat pemakai bahasa Sansekerta yang bermukim di wilayah kepulauan Indonesia, baik dalam pengertian geo-politik maupun sosial ekonomi. dan budaya dalam arti luas. Ramandey menulis bahwa pada abad pertama Masehi pengaruh Hindu dan India telah tersebar di seluruh Nusantara saat itu dan tidak hanya terbatas di Jawa dan Sumatera saja tetapi juga menyebar sampai ke timur termasuk Papua. Mungkin saja yang disebut “Pulau Ujung Samudranta “ itu adalah Pulau Nieuw Guinea. Rupanya pelaut-pelaut India telah sampai kesini, karena terbukti dari catatan-catatan dari orang India yang menyebut Irian itu Samudranta, yang berarti pulau diujung lautan. Ada besar kemungkinan mereka sudah berlayar sampai di daerah ini.”
Bila hal itu dihubungkan dengan Kerajaan Sriwijaya besar kemungkinan bahwa penamaan itu diberikan oleh kerajaan maritim itu, yang merupakan indikasi bahwa pulau Irian juga telah berada di bawah kontrol kekuasaannya.
Pada abad ke-13 seorang musafir Cina bernama Chau Yu Kua menulis bahwa di Kepulauan Indonesia terdapat satu daerah bernama Tung-ki yang merupakan bagian dari suatu negara di Maluku. Tung-ki adalah nama Cina untuk Janggi atau Irian.
Pada masa Kerajaan Majapahit (1293 – 1520), Kitab Negara Kertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca juga secara eksplisit menyebutkan wilayah Papua sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit.
Setelah kedatangan bangsa Eropa, yaitu pada tahun 1660, sebuah perjanjian disepakati antara Tidore dan Ternate di bawah pengawasan Pemerintah Hindia Timur Belanda yang menyatakan bahwa semua wilayah Papua berada di wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore. Perjanjian ini menunjukkan bahwa pada awalnya Pemerintah Belanda sebenarnya mengakui Papua sebagai bagian dari penduduk di kepulauan Nusantara.
Sebelum Perang Dunia II, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan Papua dan para penduduknya di bawah Provinsi Maluku dengan Ambon sebagai ibukota pemerintahan. Menyatunya Papua dengan wilayah lain di Nusantara dipertegas dengan peta Pemerintah Belanda tahun 1931 yang menunjukkan bahwa wilayah colonial Belanda membentang dari Sumatera di sebelah barat sampai Papua di sebelah Timur. Papua juga tidak pernah disebutkan terpisah dari Hindia Belanda. Fakta ini menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah, Papua merupakan bagian dari bangsa-bangsa di kepulauan Nusantara yang akhirnya membentuk Negara Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan pernyataan kemerdekaan seluruh wilayah bekas Hindia Belanda menjadi Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
Wilayah
Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") pada masa Hindia Belanda. Provinsi ini dibagi dalam beberapa kabupaten dan Kota.No. | Kabupaten/Kota | Pusat pemerintahan | Bupati/Wali Kota | Distrik | Kelurahan/kampung | Logo
|
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Kabupaten Fakfak | Fakfak | Mohammad Uswanas | 17 | 7/142 | |
2 | Kabupaten Kaimana | Kaimana | Matias Mairuma | 7 | 2/84 | |
3 | Kabupaten Manokwari | Manokwari | Demas Paulus Mandacan | 9 | 9/165 | |
4 | Kabupaten Manokwari Selatan | Ransiki | Markus Waran | 6 | -/57 | |
5 | Kabupaten Maybrat | Kumurkek | Karel Murafer | 24 | 1/259 | |
6 | Kabupaten Pegunungan Arfak | Anggi | Yosias Saroy | 10 | -/166 | |
7 | Kabupaten Raja Ampat | Waisai | Abdul Faris Umlati | 24 | 4/117 | |
8 | Kabupaten Sorong | Aimas | Stepanus Malak | 30 | 26/226 | |
9 | Kabupaten Sorong Selatan | Teminabuan | Samsudin Anggiluli | 15 | 2/121 | |
10 | Kabupaten Tambrauw | Fef | Gabriel Assem | 29 | -/216 | |
11 | Kabupaten Teluk Bintuni | Bintuni | Ishak Hallatu (Pj.) menggantikan Alfons Manibui |
24 | 2/115 | |
12 | Kabupaten Teluk Wondama | Rasiei | Bernadus A. Imburi | 13 | 1/76 | |
13 | Kota Sorong | - | Lamberthus Jitmau | 10 | 41/- |
Perlengkapan Daerah
Lambang
Lambang Daerah berbentuk Tameng /Perisai melambangkan pertahanan dengan warna utama Kuning, Biru, Merah dan Hijau. Sedangkan warna pendukung Hitam dan Putih, di dalamnya terdapat unsur-unsur lambang dan tulisan Papua Barat, serta didesain dengan Pita berwarna Kuning dengan tulisan ”Cintaku Negeriku”.Lambang Daerah terdiri dari 8 (delapan) bagian dengan rincian sebagai berikut :[1]
- Bintang berwarna putih bermakna Ketuhanan Yang Maha Esa dan cita-cita serta harapan yang akan diwujudkan.
- Perisai dengan warna dasar biru bersudut lima bermakna bahwa Provinsi Papua Barat berasaskan Pancasila yang mampu melindungi seluruh rakyat.
- Leher dan Kepala Burung Kasuari menghadap ke kanan dalam bidang lingkaran hijau bermakna bahwa Provinsi Papua Barat secara geografis terletak di wilayah leher dan kepala burung pulau Papua, sekaligus memiliki filosofi ketangguhan, keberanian, kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan pembangunan pada masa depan serta berkeyakinan bahwa dengan semangat persatuan dan kesatuan, kesinambungan pembangunan mewujudkan masa depan yang cerah.
- Menara Kilang dengan semburan api berwarna merah bermakna bahwa Papua Barat memiliki kekayaan bahan tambang yang melimpah.
- Pohon dan ikan bermakna bahwa Provinsi Papua Barat juga memiliki Sumber Daya Hutan dan Sumber Daya Laut yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
- Sepasang pelepah daun sagu, masing-masing pelepah bagian kanan terdiri 12 (duabelas) pasang anak daun sagu dan pelepah bagian kiri terdiri 10 (sepuluh) pasang anak daun yang diikat oleh dua angka sembilan bermotif ukiran karerin budaya papua, bermakna bahwa Provinsi Papua Barat dibentuk pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai Provinsi ke-2 di Tanah Papua dan ke-31 di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Provinsi Papua Barat yang melambangkan kesejahteraan dan Kemakmuran.
- Bidang hijau yang diapit 3 (tiga) bidang biru bermakna kesatuan teka dan perjuangan dari 3 (tiga) unsur, yaitu Pemerintah, Rakyat/Adat, dan Agama mewujudkan keberadaan Provinsi Papua Barat.
- Pita berwarna kuning bertuliskan “Cintaku Negeriku” berwarna hitam bermakna filosofis perjuangan seluruh komponen masyarakat untuk mempertahankan keberadaan Provinsi Papua Barat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Geografi
Gunung
- Pegunungan Arfak (2.940 m) di Kabupaten Manokwari
- Pegunungan Fak- Fak di Kabupaten Fak-Fak
- Gunung Fudi (1.280 m) di Kabupaten Fak-Fak
- Pegunungan Kumafa di Kabupaten Fak-Fak
- Gunung Kwoko (3.000 m) di Kabupaten Sorong
- Pegunungan Tamarau, di Kabupaten Sorong
- Gunung Togwomeri (2.680 m) di Kabupaten Manokwari
- Gunung Wasada (1.070 m) di Kabupaten Manokwari
- Gunung Wiwi (1.130 m) di Kabupaten Manokwari
Danau
- Danau Ayamaru di Kabupaten Maybrat
- Danau Anggi Giji di Kabupaten Manokwari
- Danau Anggi Gita di Kabupaten Manokwari
- Danau Yamur di Kabupaten Manokwari
- Danau Yawasi di Kabupaten Sorong
Pemerintahan
Pemekaran Daerah
==== Provinsi Papua Barat Daya====
- Kabupaten Fakfak
- Kabupaten Kaimana
- Kabupaten Babo ( Pemekaran Kabupaten Teluk Bintuni )
- Kabupaten Kokas ( Pemekaran Kabupaten Fakfak )
- Kabupaten Teluk Etna ( Pemekaran Kabupaten Kaimana )
- Kota Fakfak ( Ibukota )
Daftar gubernur
No | Foto | Nama | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Masa | Ket. | Wakil |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Abraham Octavianus Atururi (Pejabat Gubernur) |
[ket. 1] | ||||||
Timbul Pudjianto (Pelaksana Tugas) |
[ket. 2] | ||||||
Abraham Octavianus Atururi | [ket. 3] | ||||||
Tanribali Lamo (Pejabat Sementara) |
[ket. 4] | ||||||
Abraham Octavianus Atururi | [ket. 5] | (2012–15) Irene Manibuy (2015–) |
Potensi
Provinsi ini mempunyai potensi yang luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisata. Mutiara dan rumput laut dihasilkan di kabupaten Raja Ampat sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut kain Timor dihasilkan di kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di kabupaten Fak-Fak serta beragam potensi lainnya. Selain itu wisata alam juga menjadi salah satu andalan Irian Jaya Barat, seperti Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama. Taman Nasional ini membentang dari timur Semenanjung Kwatisore sampai utara Pulau Rumberpon dengan panjang garis pantai 500 km, luas darat mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.Disamping itu baru-baru ini, ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh tim ekspedisi speologi Perancis di kawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter. Kawasan pegunungan di Papua Barat masih menyimpan misteri kekayaan alam yang perlu diungkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar